YOGYAKARTA — Rabu pagi (11/6/2025), suasana meriah menyelimuti Dusun Kemadang, Gunungkidul. Masyarakat setempat menggelar Merti Dusun, tradisi tahunan sebagai wujud syukur sekaligus upaya menjaga harmoni antara manusia dan alam. Tahun ini, nuansa perayaan terasa semakin semarak dengan kehadiran mahasiswa asing dari Program Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA) Universitas Atma Jaya Yogyakarta (UAJY).
Sejak pukul 05.30 WIB, para peserta telah bersiap di Kantor Pelatihan Bahasa, Gedung Alfonsus, Kampus 1 UAJY. Mahasiswa dari berbagai negara mengenakan busana tradisional Jawa, lalu berangkat menuju lokasi acara untuk mengikuti rangkaian kegiatan budaya. Sekitar pukul 10.30 WIB, peserta mulai berkumpul di sepanjang jalan barat Balai Kalurahan Kemadang, titik awal dimulainya kirab budaya. Rombongan dari tujuh padukuhan berjalan kaki menyusuri Jalan Baron dengan mengenakan pakaian adat, diiringi alunan gamelan yang mengalun syahdu. Sepanjang rute kirab, masyarakat menyambut hangat, sementara berbagai pertunjukan seni seperti reog dan jatilan menambah kemeriahan. Puncak kegiatan berlangsung di Balai Kalurahan Kemadang, ditandai dengan pelaksanaan kenduri bersama. Warga, perangkat desa, serta tamu undangan duduk di lantai pendopo kalurahan, menikmati hidangan tradisional dalam suasana penuh kehangatan. Mahasiswa asing yang terlibat mengaku mendapatkan pengalaman yang berkesan.
“Hari ini cukup panas, tetapi sangat menyenangkan. Saya jadi lebih mengenal budaya Jawa dan merasa disambut dengan baik oleh masyarakat,” ujar Averielle, mahasiswa asal Amerika Serikat.
Hal senada disampaikan Kazu dari Jepang.
“Bagian paling menarik bagi saya adalah saat berjalan kaki mengenakan pakaian tradisional sambil mendengarkan suara gamelan. Banyak senyuman di sepanjang jalan, membuat saya merasa menjadi bagian dari perayaan ini,” katanya.
Setelah kenduri, para mahasiswa melanjutkan perjalanan ke Pantai Drini. Di sana mereka bersantai dan menikmati makan siang bersama, sebelum kembali ke kampus pada sore hari.
Kegiatan ini bukan sekadar sarana praktik bahasa, tetapi juga kesempatan untuk menyelami budaya lokal secara langsung. Merti Dusun menjadi jembatan lintas budaya yang mempertemukan tradisi Jawa dengan dunia, serta memperkuat hubungan antarmasyarakat dalam bingkai kebersamaan.