Mengenal Seni Oriental Melalui Festival Budaya Tionghoa 2025


YOGYAKARTA –  Sebagai universitas yang menjunjung tinggi nilai inklusif, Universitas Atma Jaya Yogyakarta sering mengadakan kegiatan yang bertujuan untuk mengenalkan mahasiswa dengan keberagaman yang ada. Salah satunya adalah dengan mengadakan pengenalan budaya.

Bertepatan dengan Tahun Baru Imlek pada akhir bulan Januari lalu, Kantor Pelatihan Bahasa dan Budaya sebagai perpanjangan tangan dari Universitas Atma Jaya Yogyakarta menyelenggarakan perayaan meriah. Acara tersebut dikemas dalam Festival Budaya Tionghoa yang berlangsung pada tanggal 14 hingga 16 Februari 2025. Berbeda dengan perayaan Imlek di tahun-tahun sebelumnya, kali ini KPBB UAJY bekerja sama dengan paguyuban warga Tionghoa yang ada di Yogyakarta.

Sebagai pembuka, diadakan pertunjukan seni dan budaya pada hari pertama (14/2) yang berlangsung dari pagi hingga malam hari, tepatnya pukul 09.00 hingga sekitar pukul 19.00. Pertunjukan ini diadakan di area lobby dan area parkir terbuka Kampus II UAJY.

Pada pukul 12.00, diadakan workshop kaligrafi Mandarin bersama Bapak Bambang Ludy Hartono, sesepuh Tionghoa yang sejak tahun 2007 telah mendukung adanya kegiatan Imlek di UAJY. Sekitar 50 peserta tampak sangat antusias dalam mengikuti workshop ini. Menariknya, para peserta juga diberi kesempatan untuk mencoba secara langsung dalam membuat kaligrafi Mandarin serta membawa pulang hasil karya mereka.

Di samping kegiatan workshop ini, pengunjung bisa menikmati berbagai jenis makanan yang dijual di area terbuka Kampus II UAJY. Para tenant membuka stand dari pukul 09.00 hingga pukul 18.00. Tidak terbatas sampai di situ, pengunjung yang ingin mencoba pembacaan tarot bisa datang ke stand yang ada di lobby Kampus II UAJY. Cukup dengan biaya Rp30.000, pengunjung bisa melakukan pembacaan tarot sekaligus berkonsultasi.

Setelah workshop selesai, acara dilanjutkan dengan kegiatan seremonial yang dilanjutkan dengan berbagai pertunjukan seni. “UAJY menjadi universitas pertama yang mengadakan Imlek dengan “Barongsai masuk kampus” dan kegiatan budaya Tionghoa lainnya yang bekerjasama dengan paguyuban warga Tionghoa Yogyakarta. Tahun 2025 ini juga menjadi peringatan 75 tahun hubungan bilateral antara Indonesia dengan Tiongkok,” ungkap Ibu R.A. Vita N.P. Astuti, Ph.D. selaku kepala KPBB UAJY.

Dalam sambutannya, kepala KPBB UAJY juga mengungkapkan bahwa acara ini sekaligus membuka Dies Natalis UAJY ke-60. Oleh karena itu, Ibu Sushardjanti Felasari, S.T., M.Sc.CAED, Ph.D. selaku Wakil Rektor I sekaligus ketua panitia Dies Natalis 60 UAJY turut memberikan sambutan. Ibu Fela berharap Dies Natalis ke-60 ini memberikan semangat bagi UAJY untuk terus berkontribusi bagi masyarakat dan bangsa Indonesia melalui aksi nyata yang menjunjung tinggi nilai Keatmajayaan, yaitu unggul, inklusif, humanis, dan berintegritas.

Secara simbolis, Festival Budaya Tionghoa sekaligus Dies Natalis ke-60 UAJY dibuka dengan pemukulan Chinese Drum oleh pimpinan universitas, kepala Kantor Pelatihan Bahasa dan Budaya UAJY, serta kepala Kantor Humas UAJY. Kemudian, dilakukan penyerahan kenang-kenangan berupa lukisan kaligrafi kepada pihak universitas. Lukisan kaligrafi tersebut merupakan hasil karya Bapak Sidik Martowidjojo, pelukis lukisan gaya Tiongkok dengan julukan “Pit Mabuk” yang telah menggelar pameran karya di Indonesia maupun mancanegara.

Pertunjukan dibuka oleh penampilan Barongsai yang dibawakan oleh Ikatan Mahasiswa Tionghoa UKDW. Setelah itu, ditampilkan juga Wushu dari Zefanya Adelia Sidharta dengan jurus Taiji Shan dan Edgard Dalvin dengan jurus Nan Dao. Kedua atlet tersebut berasal dari Yayasan Wushu Indonesia dan telah meraih prestasi berskala nasional maupun internasional.

Selain paguyuban warga Tionghoa, Universitas Atma Jaya Yogyakarta juga turut memberikan penampilan menarik. Penampilan tersebut dibawakan oleh PSM UAJY yang telah banyak meraih prestasi berskala internasional serta Komstar UAJY yang membawakan tarian oriental.

Cuaca hujan gerimis tidak menyurutkan antusiasme pengunjung dan semangat para pengisi acara. Tidak hanya anak-anak muda yang antusias memberikan penampilan menarik dalam acara ini. Ada beberapa bapak ibu dari Asosiasi Dong Yue Taichi Yuan yang turut memberikan penampilan dalam bentuk senam Taichi.

Paguyuban Hoo Hap Hwee juga memberikan beberapa penampilan menarik. Adapun penampilan tersebut adalah Chinese Modern Dance yang merupakan modern dance bergaya oriental dengan iringan musik Mandarin dan penampilan Taichi.

Di tengah-tengah pertunjukan tradisional maupun modern yang ditampilkan, pengunjung juga berkesempatan memenangkan doorprize dengan menjawab pertanyaan yang diberikan oleh pembawa acara. Pengunjung tampak berlomba-lomba menjawab pertanyaan dengan cepat supaya bisa mendapatkan hadiah menarik.

Sore harinya, pengunjung dapat menikmati musik yang dibawakan oleh Komunitas Suling Bambu Nusantara. Komunitas ini membawakan beberapa lagu dengan iringan suling bambu yang lembut setelah beberapa penampilan dengan musik yang meriah.

Sebagai puncak dari pertunjukan seni dan budaya, pengunjung dapat menyaksikan penampilan Barongsai dan Liong dengan aksesoris lampu LED berwarna-warni yang dibawakan oleh Paguyuban Hoo Hap Hwee. Suasana semakin meriah ketika pengunjung bisa masuk ke area  pertunjukan dan ditutup dengan foto bersama para Barongsai.

Acara ini berlangsung sangat meriah. Baik panitia, pengisi acara, maupun pengunjung tampak gembira dalam menikmati hari pertama Festival Budaya Tionghoa. Para pengisi acara dari Paguyuban Hoo Hap Hwee mengungkapkan kegiatan ini sangat meriah dan didukung oleh tenant makanan yang enak serta pengisi acara yang memberikan penampilan menarik.

Pendapat serupa juga diberikan oleh beberapa mahasiswa program studi Ilmu Komunikasi yang berkunjung ke acara pertunjukan seni dan budaya ini. “Acara ini sangat asyik dan keren,” ungkap salah satu mahasiswa Ilmu Komunikasi.