YOGYAKARTA – Senin (15/07) Kantor Pelatihan Bahasa dan Budaya kembali mengadakan Program Jogist Susulan periode pertama di tahun akademik 2024/2025. Program ini ditujukan untuk memfasilitasi mahasiswa yang memiliki kendala dalam kelulusan Jogja Istimewa. Bertempat di Gedung Kampus I UAJY, Jogist susulan periode I diikuti oleh 7 orang mahasiswa Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Pada kesempatan kali ini, Kepala KPBB UAJY R. A. Vita N. P. Astuti, S.Pd., M.Hum., Ph.D. membawakan materi Unggah-ungguh atau Subasita di lingkungan Kraton Ngayogyakarta. Selain materi tersebut, Jogist kali ini juga memberikan pengalaman praktik tata busana ageman gagrak Ngayogyakarta yang dipandu oleh Kanjeng Widya Winata selaku abdi dalem Kraton Ngayogyakarta.
Di materi pertama, mahasiswa diberikan pemahaman seputar falsafah hidup sebagai orang yang lahir dan besar di tanah Jawa. Ada 3 poin penting yang dipegang teguh oleh Masyarakat yang hidup di lingkungan Kraton Ngayogyakarta, yakni Sangkan Paraning Dumadi (asal-usul dan tujuan hidup), Hamemayu Hayuning Bawana (hubungan antara manusia dengan alam semesta), dan Manunggaling Kawula Gusti (hubungan antara manusia dengan Tuhan). Falsafah ini secara tidak langsung telah kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Selain falsafah hidup tersebut, diajarkan pula subasita (unggah-ungguh) dalam bermasyarakat di Daerah Istimewa Yogyakarta. Subasita ini mencakup tata cara ketika mengantuk dan menguap, perilaku jari dan tangan, buang angin dan buang hajat, sesuatu yang dikeluarkan dari mulut, marah, bicara, menjaga panca indera, merokok dan makan. Mahasiswa diharapkan dapat menerapkan subasita ketika bersosialisasi dengan warga lokal selama masa studinya di Universitas Atma Jaya Yogyakarta.
Setelah materi subasita, kegiatan Jogist Susulan dilanjutkan dengan materi tata busana Gagrak Ngayogyakarta yang dibawakan oleh Kanjeng Widya Winata. Dalam tata busana ini, mahasiswa diajarkan mengenai tata cara berpakaian dalam lingkungan Kraton Ngayogyakarta. Mulai dari jenis kain jarik, kebaya, blangkon, keris, selop sampai aksesori busana Jawa lainnya. Selain itu, terdapat materi tata busana terkait motif kain batik seperti parang, udan liris, kawung dan huk. Terakhir, mahasiswa melakukan praktek untuk menggunakan kain jarik dengan cara wiru.